YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Gunung Merapi meletus pukul 17.02 WIB, Selasa (26/10/2010). Semburan awan panas mencapai ketinggian 1,5 kilometer. Hingga kini, warga di sekitar lereng Merapi sedang dievakuasi untuk menghindari hujan abu yang panas.
Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo dan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menyebut proses ini adalah awal dari erupsi atau letusan. "Awal erupsi terjadi pukul 17.02 WIB," tegas Subandrio kepada Tribunnews.com saat dihubungi dari Jakarta.
Erupsi adalah bahasa ilmiah meletus. Surono juga menjelaskan bahwa erupsi terjadi dua kali, yakni pukul 17.02 WIB dan 17.23 WIB.
Menurut laporan warga yang berada di lereng selatan, sempat terdengar suara letusan. Warga selanjutnya hanya bisa melihat asap tebal hitam sangat tinggi. "Awan panas mencapai 1,5 kilometer tingginya," tegas Surono.
Saat ini proses evakuasi terus berjalan. Hujan abu hingga pukul 20.00 WIB terus terjadi. Hujan abu melebihi batas aman bencana, yakni 10 kilometer. Bahkan, masyarakat yang berada lebih dari 20 kilometer hingga kini juga mengalami hujan abu.
Berdasarkan pantauan di lokasi lereng bagian selatan, suara sirine terus dibunyikan. Petugas baik itu dari kepolisian, Satpol PP, Pemda setempat terus melakukan evakuasi warga. Jalan Kaliurang pun menjadi macet karena proses evakuasi terus berlangsung.
Di lokasi aman yang berjarak 15 Kilometer dari puncak Merapi, abu Gunung Merapi terus mengguyur warga. Bahkan di desa Ngipiksari menjadi lautan Abu.
Hingga berita ini diturunkan, proses evakuasi warga terus dilakukan. Mereka berkumpul barak desa Umbulharo. Terlihat ada tiga korban yang dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Dua korban awan panas Gunung Merapi warga Desa Kinarejo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (26/10/2010) malam, sudah berada di Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem.
Dua korban mengalami luka bakar cukup parah itu, belum diketahui identitasnya. “Tetapi yang satu sudah usia lanjut, sedangkan satunya lagi usianya sekitar 35 tahunan. Hampir sekujur tubuhnya melepuh karena terkena awan panas,” kata salah seorang relawan, di Posko Utama Penanggulangan Bencana Gunung Merapi di Pakem, Sleman, Selasa.
Menurut relawan tersebut, sebagian wilayah Desa Kinarejo nyaris luluh lantak diterjang awan panas Merapi. “Belum bisa dipastikan apakah seluruh warga desa itu sudah mengungsi, atau masih ada yang bertahan di rumah masing-masing,” katanya.
Karena itu, tim SAR, tim Tanggap Siaga Bencana (Tagana), dan sejumlah personel TNI mulai naik ke atas, yaitu ke kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi untuk melakukan evakuasi warga yang masih bertahan atau belum mengungsi.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Selasa malam, mengatakan, Gunung Merapi (2.965 mdpl) sudah masuk ke fase erupsi.
Awan panas dari puncak Gunung Merapi yang terjadi pada Selasa petang, arah luncurannya belum diketahui pasti, karena petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi tidak bisa melihat akibat gunung tertutup kabut.
Informasi dari Posko Utama Penanggulangan Bencana Gunung Merapi di Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan, luncuran awan panas pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB, kedua pada pukul 17.19, ketiga pukul 17.24 WIB, dan keempat pukul 17.34 WIB.
Jarak luncur kedua awan panas itu belum bisa diketahui, karena petugas di sejumlah Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) kesulitan untuk melihat secara visual karena gunung berapi ini tertutup kabut.
Petugas Pos PGM Kaliurang Triono mengatakan, pihaknya tidak dapat melihat Merapi karena tertutup kabut. “Terima kasih atas informasinya, kami di sini tidak dapat melihat, mungkin benar itu adalah awan panas atau ‘wedus gembel’,” kata Triono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar